Sabtu, 03 Oktober 2009

Nyekah, Sebuah Nilai Luhur

21 September 2009, waktu cuti bersama Lebaran, kesempatan pulang ke Bali bersama Theresia dan Satriya. Waktu 12 hari setelah ngaben, dikenal dengan ngrorasin. Melihat urutan upacara mulai dari Ngeluhurin, Nguben dan Nyegara Gunung, sungguh suatu penghormatan yang sangat luar biasa kepada sang Atman itu sendiri, yang diwujudkan sebagai leluhur. Upacara, banten dan kegiatan dibuat dengan tulus, hikmat dan sangat agung.
Betapa hatiku tergetar membayangkan kelak saat kami juga diupacarakan seperti ini, sepertinya keluarga yang melaksanakan upacara dengan bantuan "krama banjar' tidak peduli apakah mereka yang diupacarakan pernah berbuat tidak baik semasa hidupnya, pernah menyakiti dan lain-lain. Melihat upacara yang dilakukan sepertinya semua memaklumi kekurangan mereka, memaafkan kesalahan mereka dan mendoakan mereka mendapatkan tempat disisi Ida Hyang Widhi Wasa.
Rangkaian Upakara dilaksanakan secara kolektif dan dipusatkan di Balai Banjar, para anggota keluarga yang mempunyai pekerjaan membentuk panitia pelaksana dan masing-masing disebut konsumen. Bahan dan biaya dikeluarkan berdasarkan kesepakatan, semua pekerjaan dilaksanakan bersama-sama dibantu krama banjar yang lain, siang malam mereka bekerja tanpa mengenal lelah, mengesampingkan pekerjaan sehari-hari, seolah tak berpikir tentang nafkah, mereka mengutamakan Yadnya.
Betapa terharunya hatiku, masyarakatku, keluargaku selalu hidup damai, rukun, bekerja keras dan tidak membeda-bedakan. Mereka jarang keluar daerah, saat Nyegara Gunung di pantai Goa Lawah, ada kapal besar di tepi pantai, sebagian perhatian mereka melihat kapal tersebut, seolah kagum dan bertanya-tanya.
Sepertinya Yadnya sudah menjadi makanan sehari-hari masyarakat di Banjarku khususnya, setelah selesai rangkaian Ngaben, krama banjar sudah dinanti dengan Ngayah dalam rangka Piodalan di Pura Khayangan Tiga, mulai dari Pura Dalem, Baleagung dan selanjutnya menyongsong hari raya Galungan dan Kuningan.
Capek dan bosankah mereka? melihat semangat dan wajah ikhlas dan ceria mereka, seolah tidak ada sedikitpun keluhan, semuanya mengalir dengan penuh ketulusan, Kami hanya bisa berdoa dari Jakarta sini, Ida Hyang Widhi berikanlah selalu semua wargamu kesehatan, keselamatan, kerahayuan dan rejeki yang lancar.
Selamat wahai warga masyarakatku, keluargaku, saudara-saudaraku semua, doakanlah kami disini agar tidak mengecewakan kalian kelak, bisa membawa nama harum dan mengangkat jiwa semangat Banjarku untuk mengabdi pada Nusa dan Bangsa Indonesia.
Bravo.